1. PERBEDAAN HIKAYAT DENGAN CERITA RAKYAT
A. Pengertian Hikayat
Merupakan Cerita melayu klasik. Secara etimologis kata hikayat diturunkan
dari bahasa Arab hikayat yang berarti cerita, kisah,
dongeng-dongeng. Jika ditinjau dari bahasa Melayu, kata hikayat ini pun
memiliki arti yang sama dengan yang dikemukakan Hava, yaitu cerita
kuno/cerita lama dalam prosa atau riwayat (sejarah). Hikayat muncul pada
Angkatan Pujangga Lama dan Sastra Melayu Lama. Pada Angkatan Pujangga lama,
hikayat merupakan salah satu karya sastra yang mendominasi pada saat itu. Berbentuk prosa yang berisi
cerita, undang-undang, dan silsilah bersifat rekaan, keagamaan, historis,
biografis, atau gabungan sifat-sifat itu, dibaca untuk pelipur lara, pembangkit
semangat juang, atau sekedar untuk meramaikan pesta. Hikayat dibuat berdasarkan
kehidupan kerajaan yang didramatisir untuk menambah nilai hiburan bagi
pendengarnya. Dengan kata lain nilai kebenarannya masih tetap ada.
B. Ciri-ciri Hikayat
- Sebagai suatu karya sastra mempunyai cara tersendiri dalam menceritakan realitas kehidupan
- Unsur karya sastra hikayat ada yang terkesan mengandung unsur dongeng sehingga terkesan rekaan/fiksional
- Isi hikayat sebahagian tidak logis
- Isi hikayat menyingkap kehidupan raja dan keluarganya
- Hikayat umumnya merupakan karangan yang berbentuk prosa dan tidak menutup kemungkinan unsur puisi ada di dalamnya
- Motif hikayat ialah kesaktian dan keajaiban.
C. Contoh Hikayat “HANG TUAH”
Hang Tuah lahir dari Ibu yang bernama Dang Merduwati, sementara Ayahnya bernama Hang Mahmud. Karena kesulitan hidupnya, mereka pindah ke Pulau Bintan, tempat raja bersemayam, dengan harapan mendapat rezeki di situ. Mereka membuka warung dan hidup sangat sederhana.
Semua sahabat Hang Tuah berani. Mereka itu adalah Hang Jebat, Hang Kesturi, Hang Lekir, dan Hang Lekiu. Pernah suatu ketika mereka berlima pergi berlayar. Di tengah lautan dihadang oleh gerombolan perampok yang banyak sekali. Hang Tuah menggunakan taktik, membawa mereka ke darat. Di sana mereka melakukan perlawanan.
Sepuluh perampok mereka tewaskan, sedangkan yang lain melarikan diri. Dari beberapa orang yang dapat ditawan, mereka mengaku dari daerah Siantan dan Jemaja atas perintah Gajah Mada di Majapahit.
Sebenarnya mereka diperintahkan untuk menyerang Palembang tetapi angin kencang membawa mereka tersesat di Melaka. Akhirnya, keberanian Hang Tuah dan kawan-kawannya sampai juga kepada raja sehingga raja berkenan kepada mereka. Suatu ketika ada orang yang mengamuk di pasar. Orang-orang lari ketakutan. Hang Tuah jugalah yang dapat membunuh orang itu.
Hang Tuah lalu diangkat menjadi biduan istana (pelayan raja). Saat itu dia diminta menyerang ke Palembang yang diduduki orang Siantan dan Jemala. Hang Tuah sukses, lalu dia diangkat menjadi Laksamana. Berkali-kali Hang Tuah diutus ke luar negeri; ke Tiongkok, Rum, Majapahit, dan dia pernah pula naik haji. Akhir hayatnya, Hang Tuah berkhalwat di Tanjung Jingara.
D. Pengertian Cerita
Rakyat
Cerita
rakyat biasanya disamakan dengan dongeng. Cerita rakyat adalah sebagian
kekayaan budaya dan sejarah yang dimiliki Bangsa Indonesia. Pada umumnya,
cerita rakyat mengisahkan tentang suatu kejadian di suatu tempat atau asal
muasal suatu tempat. Tokoh-tokoh yang dimunculkan dalam cerita rakyat umumnya
diwujudkan dalam bentuk binatang, manusia maupun dewa. Fungsi Cerita rakyat
selain sebagai hiburan juga bisa dijadikan suri tauladan terutama cerita rakyat
yang mengandung pesan-pesan pendidikan moral. Banyak yang tidak menyadari kalo
negeri kita tercinta ini mempunyai banyak Cerita Rakyat Indonesia yang belum
kita dengar, bisa dimaklumi karena cerita rakyat menyebar dari mulut – ke mulut
yang diwariskan secara turun – temurun. Namun sekarang banyak Cerita rakyat
yang ditulis dan dipublikasikan sehingga cerita rakyat Indonesia bisa dijaga
dan tidak sampai hilang dan punah.
E. Ciri-ciri Cerita Rakyat
1. Berdasarkan kehidupan masyarakat setempat
2. Mengandung teladan dan nasihat yang berguna
3. Disampaikan dari mulut ke mulut
F.Contoh cerita rakyat
Angsa-angsa
Hidup sepasang suami istri. Mereka mempunyai seorang anak perempuan dan
anak laki-laki kecil.
“Putriku,” kata ibunya, “kami akan pergi bekerja, jagalah adikmu! Jangan
keluar dari pekarangan, jadilah anak pintar, nanti kamu akan kami belikan baju.”
Lalu ayah dan ibunya pergi. Tapi, gadis cilik itu lupa akan pesan orang
tuanya: ia mendudukan adiknya di atas rumput di bawah jendela, dania
sendiri berlari ke jalan, bermain, dan berjalan-jalan. Datang berterbangan
angsa-angsa, mencengkeram anak laki-laki itu, dan membawa anak itu di atas
sayapnya. Gadis cilik itu kembali, melihat adiknya tidak ada! Ia
berseru,mencari ke sana kemari tidak ada! Dia memanggil-manggil adiknya, tapi
tak ada balasan dari adiknya. Air matanya berlinang, menangisi akan mendapatkan
hal yang buruk dari ayah dan ibunya. Ia berlari ke ladang, tapi hanya
melihat angsa-angsa yang berjalan mondar-mandir di kejauhan dan menghilang ke
dalam hutan lebat. Lia menduga bahwa mereka telah membawa adiknya, sudah lama
terdengar desas-desus tentang angsa-angsa itu, yang berbuat jahat dan membawa
anak-anak kecil.Gadis cilik itu pergi mengejar mereka. Ia berlari dan melihat
berdiri sebuah tungku. “Tungku, tungku, katakanlah, kemana angsa-angsa itu
terbang?”
Tungku menjawab: “Makanlah pastel gandum hitam ku, nanti akan kukatakan.”
“Di rumahku pastel terigu tidak dimakan…”
Tungku tidak mengatakan apapun pada gadis cilik itu. Gadis cilik itu
berlari lagi berdiri pohon apel. “Pohon apel, pohon apel,katakan,kemana
angsa-angsa itu terbang?”
“Makanlah buah apel hutanku ini, nanti akan kukatakan.”
“Di rumahku buah apel kebun tidak dimakan…” Pohon apel itu tidak mengatakan
apa-apa. Gadis cilik itu berlari lagi. Mengalir sungai susu dengan jelai di
tepinya.
“Sungai susu, tepian jelai, kemana angsa-angsa itu terbang?”
“Makanlah jelai dengan susuku ini, nanti akan kukatakan.”
“Di rumahku susu asam tidak diminum…”
Lama ia berlari-lari di ladang, di hutan. Siang mendekati sore, ia tidak
bisa berbuat apa-apa lagi, ia harus pulang ke rumah. Tiba-tiba ia melihat ada sebuah
pondok, dengan satu jendela, di atas kaki ayam. Ia
mengitari pondok itu.Di pondok itu seorang nenek tua, Baba Yaga, sedang
memintal rami. Di atas bangku kecil duduk adiknya yang sedang memainkan
apel-apel perak. Gadis cilik itu masuk ke pondok: “Hai, nenek!”
“Hai, gadis cilik! Mengapa kamu datang kemari?”
“Aku berjalan-jalan di rawa, bajuku basah, aku datang untuk menghangatkan
diri.”
“Duduklah kemari, pintallah rami ini. Baba Yaga akan memberimu alat
pemintal, dan aku sendiri akan pergi.”
Lalu gadis cilik itu memintal. Tiba-tiba dari bawah tungku keluar seekor
tikus dan berkata padanya: “Gadis cilik, gadis cilik, beri aku bubur, aku akan
menceritakan
sesuatu padamu.”
Gadis cilik itu memberinya bubur, dan tikus itu berkata: “Baba Yaga pergi
memanaskan air. Dia akan membersihkanmu, mengukusmu, meletakkanmu di atas
tungku, memasakmu dan memakanmu,lalu dia sendiri akan memakan habis tulang-
tulangmu.”
Gadis cilik itu duduk tak bergerak, ia menangis, lalu tikus
itu berkata lagi:
“Jangan tunggu lagi, bawa adikmu, larilah, aku akan menggantikanmu memintal
rami.”
Gadis cilik itu membawa adiknya dan berlari. Sementara itu, Baba Yaga
mendekat ke tingkap jendela dan bertanya: “Gadis cilik, kamu masih
memintalkah?”
Tikus menjawab: “Aku masih memintal, nenek…”
Baba Yaga selesai memanaskan air dan kembali menemui gadis cilik itu. Tapi,
di dalam pondok itu tak ada siapa-siapa. Baba Yaga berteriak:
“Angsa-angsa! Kejarlah! Anak gadis itu membawa adiknya!”
Gadis cilik dan adiknya berlari sampai sungai susu. Ia melihat angsa-angsa
yang terbang. “Wahai sungai, sembunyikan aku!”
“Makanlah jelaiku ini.”
Gadis itu memakannya dan mengucapkan terima kasih. Sungai menutupinya di
bawah tepian jelai. Angsa-angsa itu tidak melihatnya,mereka terbang
melewatinya. Gadis cilik dan adiknya berlari lagi. Tapi, angsa-angsa kembali
dan melihatnya. Apa yang harus dilakukan? Sial!
Berdiri pohon apel… “Wahai pohon apel, sembunyikan aku!”
“Makanlah buah apel hutanku ini.”
Gadis itu segera memakannya dan mengucapkan terima kasih. Pohon apel lalu
melindunginya dengan ranting-ranting dan menutupinya dengan daun-daun.
Angsa-angsa tidak melihatnya, mereka terbang melewatinya.Gadis cilik itu
kembali berlari. Berlari, berlari, tinggal sedikit lagi. Tapi, angsa-angsa
melihatnya, tertawa-tawa, dan berterbangan di atasnya,mengepak-ngepakkan sayap,
melihat, dan hendak merebut adiknya dari tangannya. Gadis cilik itu berlari
sampai tungku. “Wahai tungku, sembunyikan aku!”
“Makanlah pastel gandum hitamku.”
Gadis cilik itu segera memasukkan pastel ke mulutnya, lalu ia sendiri dan
adiknya masuk ke tungku dan duduk dekat lubang tungku. Angsa-angsa itu
terbang, berteriak dan terbang kembali pada Baba Yaga tanpa hasil. Gadis cilik
itu mengucapkan terima kasih pada tungku dan bersama adiknya lari pulang ke
rumah. Lalu ayah dan ibunya datang.
2. PERSAMAAN HIKAYAT DENGAN CERITA RAKYAT
1. Fungsi/Tujuannya umumnya sama, yaitu sebagai pelipur lara hati si pembaca
2. Baik Hikayat maupun cerita rakyat keduanya merupakan
salah satu karya sastra
3. Sama-sama cerita masa lalu/lampau
4. Bertujuan untuk menyampaikan hal-hal yang baik atau
berupa ajaran-ajaran bagi si pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar